Senin, 03 Desember 2012

asuhan keperawatan cellulitis mari kosul



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perluasan infeksi odontogenik atau infeksi yang mengenai struktur gigi (pulpa dan periodontal) ke daerah periapikal, selanjutnya menuju kavitas oral dengan menembus lapisan kortikal vestibular dan periosteum dari tulang rahang. Fenomena ini biasanya terjadi di sekitar gigi penyebab infeksi, tetapi infeksi primer dapat meluas ke regio yang lebih jauh, karena adanya perlekatan otot atau jaringan lunak pada tulang rahang. Dalam hal ini, infeksi odontogenik dapat menyebar ke bagian bukal, fasail, dan subkutaneus servikal kemudian berkembangan menjadi selulitis fasial, yang akan mengakibatkan kematian kematian jika tidak segera diberikan perawatan yang adekuat (Berini, et al, 1999).
Selain itu infeksi odontogenik merupakan fokal infeksi yang dapat memyebabkan Septic emboli, infeksi meluas melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe menyebabkan metastase bakteri sekunder ke paru-paru, otak , hati, ginjal dan organ-organ lainnya. (Berini, et al, 1999)
Karakter klinis dari selulitis adalah suatu proses inflamasi yang disertai demam dan kondisi umum pasien yang buruk, kelainan hematologik seperti peningkatan jumlah leukosit dan laju endap darah. Penanggannya dengan pemberian antibiotik dan tindakan drainase jika diperlukan.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apakah Selulitis itu?
1.2.2        Bagaimanakah Klasifikasi Selulitis ?
1.2.3        Bagaimanakah Etiologi Selulitis ?
1.2.4        Bagaimanakah Manifestasi Klinik Selulitis ?
1.2.5        Bagaimanakah Patofisiologi Selulitis ?
1.2.6        Bagaimanakah Pathway Selulitis ?
1.2.7        Bagaimanakah Pemeriksaan Lab Selulitis ?
1.2.8        Bagaimanakah Penatalaksanaan Selulitis ?
1.2.9        Bagaimanakah Therapy Selulitis ?
1.2.10    Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan Selulitis ?

1.3  Tujuan
1.3.1    Tujuan Umum
Pada makalah ini akan dibahas tentang penyakit selulitis dan konsep asuhan keperawatannya
1.3.2        Tujuan Khusus
1.3.2.1   Mengetahui Definisi Selulitis
1.3.2.2   Mengetahui Klasifikasi Selulitis
1.3.2.3   Mengetahui Etiologi Selulitis
1.3.2.4   Mengetahui Manifestasi Klinik Selulitis
1.3.2.5   Mengetahui Patofisiologi Selulitis
1.3.2.6   Mengetahui Pathway Selulitis
1.3.2.7   Mengetahui Pemeriksaan Lab Selulitis
1.3.2.8   Mengetahui Penatalaksanaan Selulitis
1.3.2.9   Mengetahui Therapy Selulitis
1.3.2.10                       Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Selulitis

1.4      Manfaat
Diharapkan makalah ini mampu memberi informasi kepada pembaca tentang Selulitis beserta manifestasi klinis, terapi dan konsep asuhan keperawatanya












BAB II
KONSEP TEORI

2.1  Definisi
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah (Tucker, 1998 : 633).
Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan (mansjoer, 2000; 82).
Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner dan Suddarth, 2000 : 496).
Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri stapilokokus aureus, streptokokus grup Adan streptokokus piogenes.

2.2  Klasifikasi
Menurut Berini, et al (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi:
2.2.1        Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.
2.2.1        Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol infeksi.
2.2.1.1  Selulitis Difus Akut
Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
2.2.1.1.1        Ludwig’s Angina
2.2.1.1.2        Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
2.2.1.1.3        Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal
2.2.1.1.4        Selulitis Fasialis Difus
2.2.1.1.5        Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
2.2.1.2   Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.
2.2.1.3   Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwig’s . Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal (Berini, Bresco & Gray, 1999 ; Topazian, 2002).
Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

2.3            Etiologi
Etiologinya berasal dari bakteri Streptococcus sp. Mikroorganisme lainnya negatif anaerob seperti Prevotella, Porphyromona dan Fusobacterium (Berini, et al, 1999). Infeksi odontogenik pada umumnya merupakan infeksi campuran dari berbagai macam bakteri, baik bakteri aerob maupun anaerob mempunyai fungsi yang sinergis (Peterson,2003).
Infeksi Primer selulitis dapat berupa perluasan infeksi/abses periapikal, osteomyielitis dan perikoronitis yang dihubungkan dengan erupsi gigi molar tiga rahang bawah, ekstraksi gigi yang mengalami infeksi periapikal/perikoronal, penyuntikan dengan menggunakan jarum yang tidak steril, infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis), fraktur compound maksila / mandibula, laserasi mukosa lunak mulut serta infeksi sekunder dari oral malignancy.
Penyebab dari selulitis menurut Isselbacher ( 1999;634 ) adalah bakteri streptokokus grup A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.

2.4            Manifestasi Klinik
Menurut Mansjoer (2000:82) manifestasi klinis selulitis adalah Kerusakan kronik pada kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus subkutan, eritema local, nyeri yang cepat menyebar dan infitratif ke jaringan dibawahnya, Bengkak, merah dan hangat nyeri tekan, Supurasi dan lekositosis.

2.5            Patofisiologi
Patofisiologi menurut Isselbacher (1999; 634) yaitu :
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang kencing manis yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan system vena dan limfatik pada kedua ektrimitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristik hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia. Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A, sterptokokus lain atau staphilokokus aureus, kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk absses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran. Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami super infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis, dan infeksi derajat rendah







2.6            Pathway

2.7            Pemeriksaan Lab
2.7.1        Pemeriksaan darah, menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih, eosinofil dan peningkatan laju sedimentasi eritrosit (Tucker, 1998:633).
2.7.2        Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan, menunjukkan adanya organisme campuran (Issebacher 1999:634)
2.7.3        Rontgen Sinus-sinus para nasal (selulitis perioribital).

2.8            Penatalaksananan
Rawat inap di rumah sakit, Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses. Pemberian antibiotik intravena seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau tidak digunakan, infeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien diluar rumah sakit, analgesik, antipretik. Posisi dan imobilisasi ekstrimitas, Bergantian kompres lembab hangat ( Long, 1996 : 670).

2.9            Therapi
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ lainnya.
Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan).
Biasanya sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
·         penderita berusia lanjut
·         selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
·         demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat dan dikompresdingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Terapi rawat jalan dengan injeksi ceftriakson (rocephin) memberi perlindungan 24 jam dan dpt menjadi pilihan bagi beberapa pasien selulitis.
2.10     Faktor resiko terjadinya selulitis
·         Gigitan dan sengatan serangga, gigitan hewan, gigitan manusia.
·         Luka di kulit
·         Riwayat penyakit pembuluh darah perifer, diabetes
·         Baru menjalani prosedur jantung, paru-paru atau gigi
·         Pemakaian obat imunosupresan atau kortikosteroid










BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Konsep Pengkajian
3.1.1                    Biodata
Berisikan nama,tempat tangal lahir,jenis kelamin,umur,alamat,suku bangsa, dan penyakit ini dapat menyerang segala usia namun lebih sering menyerang usia lanjut.
3.1.2                    Keluhan utama
Pasien merasakan demam,malaise,nyeri sendi dan menggigil.
3.1.3                    Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan badanya demam,malaise,disertai dengan nyeri sendi dan menggigil dan terjadi pada area yang robek pada kulit biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah
3.1.4                    Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini apakah pasien alkoholisme dan malnutrisi
3.1.5                    Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang mengalami sekit yang sama sebelumnya,apakah keluarga ada riwayat penyakit DM, dan malnutrisi
3.1.6                    Kebiasaan sehari-hari
Biasanya selulitis ini timbul pada pasien yang higine atau kebersihanya jelek
3.1.7                    Pemeriksaan fisik
Keadaan umum           : Cukup baik
Kesadaran                   : composmetis,lemah,pucat
TTV                             : biasanya meningkat karena adanya proses infeksi
Kepala                         :rambut bersih tidak ada luka
Mata                            : Konjungtiva anemis,skela tidak ikterik
Hidung                        : tidak ada polip,hidung bersih
Leher                           :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada                           : I         :datar,simetris umumnya tidak ada kelainan
                                    : Pa      : ictus cordis tidak tampak
: Pe      : sonor tidak ada kelainan
: A       : tidak ada whezing ronchi
Abdomen                    : I         :supel datar tidak ada distensi abdomen
                                    : Pa      : tidak ada nyeri tekan
: Pe      : tidak ada kelainan atau tympani
: A       : bising usus normal atau tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah      :tidak ada kelainan,tidak ada oedem
Ekstremitas atas          : tidak ada kelainan ,tidak ada oedem
Genetalia                     : tidak ada kelainan
3.1.8                    Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab
§  Pemeriksaan darah, menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih, eosinofil dan peningkatan laju sedimentasi eritrosit (Tucker, 1998:633).
§  Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan, menunjukkan adanya organisme campuran (Issebacher 1999:634)
§  Rontgen Sinus-sinus para nasal (selulitis perioribital)

3.2  Diagnosa keperawatan
3.2.1        Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan.
3.2.2        Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor sirkulasi dan edema.
3.2.3        Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi menyebabkan penatalaksanaan perawatan dirumah

3.3  Rencana keperawatan
3.3.1        Gangguaan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
·         pasien menampakkan ketenangan
·         ekspresi muka rileks
·         ketidaknyamanan dalam batas yang dapat ditoleransi.
Intervensi :
·         Kaji intensitas nyeri menggunakan skala / peringkat nyeri
R/ mengetahui berat nyeri yang dialami pasien.
·         Jelaskan pada pasien tentang sebab sebab timbulnya nyeri
R/ pemahaman pesien tentang penyebab nyeri yg terjadi akan mengurangi ketegangan pasien.
·         Berikan anal gesik jika diperlukan, kaji keefektifan
R/ obat obatan analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
·         Ubah posisi sesering mungkin, pertahankan garis tubuh untuk menccegah penekanan dan kelelahan
R/ posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
·         Bantuan dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan imajinasi, relaksasi dan distraksi
R/ teknik relaksasi dsan distraksi bisa mengurangi rasanyeri yang dirasakan pasien.

3.3.2        Kerusakan ingritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam diharapkan menunjukkan regenerasi jaringan.
Kriteria hasil :
·         Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut,
·         kulit bersih,
·         kering dan area sekitar bebas dari edema,
·         suhu normal.
Intervensi:
·         Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman warna cairan
R/ pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
·         Pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan ekstremitas dan mobilitasasi
R/ sirkulasi yang lancar bisa mempercepat proses penyembuhan luka..
·         Pertahankan teknik aseptic
R/ dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
·         Gunakan kompres dan balutan
R/ kompres dan balutan bisa mengurangi kontaminasi dari luar.
·         Pantau suhu laporan, laoran dokter jika ada peningkatan
R/ indikasi dini terhadap komlikasi infeksi.
3.3.3        Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi Mengenai : penatalaksanaan perawatan di rumah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien mengerti tentang perawatan dirumah
Kriteria hasil :
·         melaksanakan perawatan luka dengan benar menggunakan: tindakan kewaspadaan aseptic yang tepat.
·         Mengekspresikan pemahaman perkembangan yang diharapkan tanpa infeksi dan jadwal obat.
Intervensi:
·         Demonstasikan perawatan luka dan balutan, ubah prosedur, tekankan pentingnya teknik aseptic
R/ agar keluarga dapat melkukan perawatan secara aseptik di rumah sehingga luka bisa sembuh.  
·         Dorong melakukan aktivitas untuk mentoleransi penggunaan alat penyokong
R/ peningkatan perilaku yang adiktif pada pasien.
·         Jelaskan tanda-tanda dan gejala untuk dilaporkan ke dokter
R/ deteksi dini terhadap kegawatan dan penanganan yang sesuai.
·         Tekankan pentingnya diet nutrisi
R/ nutrisi yang adekuat mempercepat proses penyembuhan luka.

3.4  Implementasi
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi  yang tepat dengan  selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
3.5   Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
1.      Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2.      Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3.      Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.












BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Selulitis merupakan suatu proses inflamasi yang mengenai jaringan lunak terutama jaringan ikat longgar, sifatnya akut, oedematus difus, meliputi ruang yang luas, indurasi tegas, biasanya disertai kondisi sistemik yang buruk. Selulitis dapat mengakibatkan kematian jika tidak segera diberikan perawatan yang adekuat dan sesegera mungkin.
Selulitis fasial yang paling sering dijumpai adalah Angina Ludwig’s, selulitis bilateral yang mengenai 3 spasium yaitu spasium submandibula, sublingual dan submental. Penanganan selulitis hampir sama seperti penanganan infeksi odontogenik lainnya yaitu menghilangkan causa, insisi drainase, pemberian antibiotik dan perawatan suportif, tetapi yang perlu diperhatikan adalah penangganan kedaruratan untuk keadaan umum pasien yang buruk, seperti sulit bernafas, deman tinggi, dan sebagainya

4.2  Saran
Pada makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa menggunakan metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan Selulitis pada Anak  serta  memberikan pendidikan kesehatan.








DAFTAR PUSTAKA

·         Peterson L J., et al. 2003. Contemporary Oral and Maxillofascial Surgery. 4th ed. Mosby. Saint Louis. Missouri
·         Arif, Mansjoer, dkk..2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica. Aesculpalus, FKUI, Jakarta
·         Berini, et al, 1997, Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4, (p337-50).
·         Dimitroulis, G, 1997, A Synopsis of Minor Oral Surgery, Wright, Oxford (71-81)
·         Falace, DA, 1995, Emergency Dental Care. A Lea & Febiger Book. Baltimore (p 214-26)
·         Milloro, M., 2004, Peterson’s of Principles Oral and Maxillofacial Surgery, 2nd edition, Canada: BC Decker Inc.
·         Neville, et al, 2004, Oral and Maxillofacial Pathology. WB Saunders, Philadephia
·         Pedlar, et al, 2001, Oral Maxillofacial Surgery. WB Saunders, Spanyotl (p90-100)

1 komentar:

  1. Coconut Oil is one of the the effective remedy for Cellulitis Herbal Treatment . It has excellent antimicrobial and anti-inflammatory properties due to the presence of medium-chain fatty acids. These properties not only help treat cellulitis but also stop its recurrence.

    BalasHapus